Sunday, April 2, 2017

Tradisi Perang Pandan di Karangasem

Hai, apa kabar? semoga sehat selalu, info dong kalian tinggal di daerah mana aja nih? nah, di setiap daerah kalian pasti punya tradisi masing-masing kan? begitupun di Bali, pastilah mempunyai tradisinya masing-masing, seperti Omed-omedan, Tau kah anda, dari mana awalnya Tradisi Mageret Pandan itu? Nah, yuk simak selengkapnya dibawah ini.

BACA JUGA TRADISI MBED-MBEDAN DI DESA ADAT SEMATE, MENGWI, BADUNG

Desa Tenganan, memiliki luas kurang lebih sekitar 900 hektar, terdapat banyak keunikan yang melekat didalamnya. Salah satunya yaitu Tradisi Mageret Pandan atau Perang Pandan.Mageret Pandan dapat juga disebut dengan istilah Makere-kere, Tradisi Mageret Pandan ini dapat dikelompokkan kedalam tari sakral yang hanya bisa di pentaskan pada waktu yang sudah ditentukan. Mageret Pandan dilakukan sebagai bentuk persembahan khususnya untuk Dewa Indra, karenna upacara ini menganut ajaran Agama Hindu aliran Indra, yaitu dikenal sebagai Dewa Kemakmuran dan Dewa Perang.



Dalam Peperangan ini, alat utama yang digunakan yaitu tameng / perisai, dan daun pandan. Tameng / perisai ini terbuat dari rotan, sedangkan Pandan adalah tumbuhan yang memiliki duri-duri yang sangat tajam pada daunnya. Sebelum melakukan Tradisi Perang Pandan ini, kita haruslah dimulai dengan mengelilingi desa untuk memohon keselamatan, lalu ritual minum TUAK atau sering disebut dengan LAU. Bambu adalah sebagai tempat yang sering digunakan untuk dijadikan sebagai tempat tuak, lalu dituangkan ke dalam daun pisang yang digunakan sebagai gelasnya. Peserta akan menunangkan tuak tersebut ke daun pisang, secara bergantian sehingga akan terjadi pertukaran tuak antara satu dengan peserta lainnya.

Dalam pakaian, peserta dapat menggunakan kamen, selendang atau saput, udeng, dan bertelanjang dada tanpa menggunakan baju. Masing-masing peserta  kan membawa seikat pandan berduri di tangan kanannya, dan lengkap dengan perisai berupa anyaman yang dibentuk dari rotan ditangan kiri. Perang ini dimulai setelah Pemangku memberikan aba-aba sebagai tanda dimulainya perang tersebut, lalu peserta akan menari-nari dan memukulkan pandan berduri kepada lawannya, lalu kedua belah pihak saling serang menyerang. Mereka akan memukul punggung lawan setelah merangkulnya terlebih dahulu. Kemudian setelah merangkulnya barulah mereka saling pukul memukul punggung lawan menggunakan daun pandan yang penuh dengan duri tajam tersebut.

Setelah Perang tersebut selesai, Luka yang disebabkan oleh pandan tersebut akan diobati oleh obat khusus yang telah disediakan oleh para daha atau pemuda dan pemudi Desa Tenganan, yaitu sebulan sebelum Tradisi Perang Pandan dilakukan. Jika duri pada pandan yang digunakan tersebut tertanam, maka hanya akan diobati dengan cuka, kunyit, dan isen untuk mempercepat pengeringan. Pada saat diobati memanglah perih, tetapi hanya bertahan beberapa menit saja. Demikianlah artikel mengenai Tradisi Mageret Pandan di Desa Tenganan, Karangasem. Jika kalian ingin melihat Perang tersebut, anda bisa datang dan menyaksikannya langsung di Desa Tenganan, Karangasem. Terimakasih telah berkunjung, dan mohon maaf bila ada kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak.

10 comments:

  1. Ngeri juga tradisinya mas,,,lebih serem dari kuda lumping didaerah saya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya gan, tapi melatih diri sendiri juga biar kuat, hehe

      Delete
  2. ini artikel yang ane cari untuk buat tugas tentang tradisi daerah, makasi gan

    ReplyDelete
  3. Tradisi daerah, nice kayak tradisi daerah gorontalo jaman dulu.

    ReplyDelete
  4. iya ngeri juga , sakit ga tuh ya sesudahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sakit bang, tapi cuma beberapa menit setelah diobati

      Delete

PERHATIAN!!!

SYARAT KOMENTAR :
- Tidak menambahkan link di kolom komentar !.
- Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik dan sopan !.
- Berkomentarlah sesuai topik !.