Pernahkah anda berkunjung ke Bali? taukah anda, di Bali terdapat banyak tempat
wisata, entah wisata alam, atau wisata kuliner, contohnya seperti wisata air
terjun di bali, tempat wisata di Bali, serta wisata kuliner di Bali. Selain
keindahan alam dan enaknya masakan kuliner khas di Bali, taukah anda apa saja kebudayaan
yang menjadi ciri khas budaya Bali? yuk simak dibawah ini.
Pakaian Adat Bali
Bali memiliki berbagai macam pakaian adat, untuk perempuan
yang berumur belasan tahun yang masih remaja, umumnya menggunakan Sanggul
Gonjer, sedangkan untuk wanita dewasa menggunakan Sanggul Tagel, serta
menggunakan kemben songket, dengan menggunakan sabuk prada untuk mengikat
pinggul dan dada, dilengkapi dengan kain wastra, selendang songket dari bahu ke
pinggang, kain tapih, serta beberapa perhiasan.
Pria menggunakan Udeng (pada kepala), menggunakan selendang,
kain (kampuh), kain wastra, keris, kemeja, serta beberapa ornament yang
digunakan untuk membuat penampilan pria lebih menarik.
Rumah Adat Bali
Memiliki rumah di Bali, atau akan membangun rumah adat harus
sesuai dengan aturan yang terdapat pada Kitab Suci Weda yang mengatur tenntang
tata letak sebuah bangunan. Rumah adat Bali harus dibangun dengan memenuhi
aspek pawongan (penghuni rumah), palemahan (lingkungan), serta parahyangan.
Pada umumnya, rumah adat Bali dipenuhi dengan pernak-pernik hiasan yang berupa
ukiran yang berwarna-warni, serta patung-patung sebagai simbol ritual. Bangunan
rumah Adat Bali dibuat terpisah menjadi beberapa bangunan kecil yang disatukan
oleh pagar yang mengelilinginya. Tetapi, seiring perkembangan jaman seperti
sekarang ini banyak terdapat perubahan pada bangunan, dimana bangunannya tidak
jarang yang tidak dipisahkan lagi.
Upacara Adat di Bali
Mulai dari didalam kandungan sampai meninggal. Karena dari
lahir masyarakat Bali khususnya Hindu sudah mempunyai hutang yang disebut Tri
Rna. Apa sajakah upacaranya? yuk simak selengkapnya dibawah ini.
1. Magedong-gedongan
Dilaksanakab pada saat bayi masih didalam kandungan yang
telah berumur 7 bulan. Upacara ini tidak harus tepat pada 7 Bulan (210 hari)
tetappi disesuakin dengan hari baik. Upacara ini dapat dilakukan dirumah,
dipekarangan, serta dipimpin oleh Pandita, atau Pinandita.
2. Upacara Kelahiran
Upacara ini dinyatakan sebagai ungkapan kebahagiaan atas
kehadiran bayi tersebut ke dunia, upacara ini dilakukan pada waktu bayi baru
lahir.
Upacara ini dapat dilakukan di dalam atau di depan pintu
rumah yang dipimpin oleh salah satu keluarganya yang tertua, demikian juga
untuk mendem ari-arinya. Jika tidak ada keluarga tertua, dapat dilakukan oleh
ayah dari bayi tersebut.
3. Upacara Kepus Puser
Upacara Kepus puser adalah upacara yang dilakukan pada saat
puser bayi lepas. Pada umumnya saat bayi berumur tiga hari, tepat pada hari
tersebut dilaksanakan didalam rumah terutama disekitar tempat tidur bayi
tersebut. Upacara ini dapat dilakukan oleh keluarga yang tertua atau orang tua
si bayi.
4. Bayi berumur 12 hari
Setelah bayi berumur 12 hari, harus dibuatkan upacara yang
sering disebut dengan Upacara Ngelepas Hawon. Setelah upacara ini barulah sang
anak diberi nama, dan demikian sang catur sanak yaitu keempat saudara kita
setelah melukat yang berganti nama. Upacara ini dilakukan pada bayi tepat pada
umur 12 hari, dapat dilakukan di dalam rumah yaitu di sumur (pemandian),
sanggah kemulan, atau di dapur. Upacara ini dapat dilakukan oleh keluarga yang
paling tua.
5. Upacara kambuhan (umur 42 hari)
Setelah bayi berusia 42 hari, barulah upacara ini dilakukan.
bertujuan untuk membersihkan lahir maupun batin si bayi serta ibunya, selain
itu, berguna juga untuk membebaskan si bayi dari pengaruh negative. Dapat
dilakukan di dalam lingkungan rumah, dipimpin oleh seorang Pandita, atau
Pinandita.
6. Upacara nelu bulanin (Niskramana Samskara)
Upacara ini dilakukan pada saat bayi berusia 105 hari, atau
tiga bulan dalam hitungan pawukon. Tempat rangkaian upacara bayi yang berumur
tiga bulan ini dilaksanakan di lingkungan rumah. Upacara ini dipimpin oleh
Pinandita atau Pandita.
7. Upacara satu oton
Upacara ini dilakukan setelah bayi berumur 210 hari tepatnya
pada enam bulan pawukon. Upacara ini bertujuan untuk menebus kesalahan yang
terdahulu, sehingga dalam kehidupan yang sekarang dapat mencapai kehidupan yang
lebih sempurna.
8. Upacara tumbuh gigi
Upacara yang dilakukan pada saat anak tumbuh gigi yang
pertama. Upacara yang bertujuan untuk memohon agar gigi tumbuh dengan baik.
Sarananya berupa Petinjo kukus dan telor atau petino kukus dan ayam atau itik
yang dilengkapi degan tataban. Dilakukan pada saat bayi tumbuh gigi yang
pertama, upacara ini dilakukan di lingkungan rumah pada waktu matahari
terbit.
9. Upacara tanggalnya gigi pertama
Dengan tujuan untuk mempersiapkan si anak untuk mempelajari
ilmu pengetahuan, upacar ini pun dapat dibuat dengan sarana: banten byakala
dengan sesayut tatebasan, serta dilengkapi dengan Canang sari. Upacara ini
dilaukan pada waktu si anak untuk pertama kalinya mengalami ketus gigi. Tempat
rangkaian upacara ini dilaksanakan di rumah, yang dipimpin oleh keluarga
tertua.
10. Upacara menek deha
Upacara ini dilaksanakan saat anak menginjak dewasa. Upacara
ini dilakukan untuk memohon kehadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan
yang terbaik dan tidak menyesatkan untuk si anak.
11.Upacara potong gigi (mepandes / metatah)
Upacara Mepandes (potong gigi) bertujuan untuk mengurangi pengaruh Sad Ripu pada diri si anak. Upacara ini dilaksanakan setelah anak menginjak dewasa, namun sebaiknya sebelum anak itu menikah. Namun, daat juga dilaksanakan setelah berumah tangga, upacara potong gigi dilaksanakan di rumah dan di pemerajan. Pemimipin Upacara potong gigi ini dilaksanakan oleh Pandita/Pinandita dan dibantu oleh seorang sangging.
12. Upacara Perkawinan (Pawiwahan / Wiwaha)
Hakekatnya adalah upacara persaksian ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa.Waktu Biasanya dipilih hari yang baik, sesuai dengan persyaratannya. Tempat Dapat dilakukan di rumah mempelai laki-laki atau wanita sesuai dengan hukum adat istiadat setempat atau dapat disebut desa, kala, patra. Pelaksana Dipimpin oleh seorang Pendeta / Pinandita / Pemangku.
13. Upacara Ngaben
0 comments:
Post a Comment
PERHATIAN!!!
SYARAT KOMENTAR :
- Tidak menambahkan link di kolom komentar !.
- Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik dan sopan !.
- Berkomentarlah sesuai topik !.