Sejarah Pura Tanah Lot, dikisahkan Bhagawan Dang Hyang Nirartha melakukan misi penyebaran Agama Hindu dari Jawa ke Bali. Pada saat itu, Raja Dalem Waturenggong ada penguasa pulau Bali. Karena penyambutan kedatangan Dang Hyang Nirartha dilakukan dengan baik, beliau pun berhasil menyebarkan agama Hindu sampai ke pelosok-pelosok desa yang ada di Bali.
selanjutnya, Dang Hyang Nirartha melihat sinar suci dari arah laut Bali, lalu beliau mencari sumber sinar tersebut dan sampailah beliau di sebuah pantai di sebuah desa yang bernama desa Beraban Tabanan. Pada saat tersebut, desa itu dipimpin oleh bendesa Beraban Sakti yang sangat menentang ajaran dari Dang Hyang Nirartha dalam melakukan penyebaran agama Hindu. Lalu, Dang Hyang Nirartha melakukan meditasi, tepatnya di atas batu karang yang memiliki bentuk menyerupai burung beo. Dengan banyak cara Bendesa Beraban ingin mengusir Dang Hyang Nirartha dari tempat meditasinya itu.
Dengan kekuatannya, Dang Hyang Nirartha memindahkan baru karang yang dijadikannya sebagai tempat meditasi ke tengah pantai. Batu karang itu diberi nama Tanah Lot yang memiliki arti batu karang yang berada di tengah laut. Semenjak Bendesa Beraban Sakti melihat hal tersebut, ia mengakui kesaktian yang dimiliki oleh Dang Hyang Nirartha, dan ia pun menjadi pengikut dari Dang Hyang Nirartha untuk memeluk agama Hindu serta penduduk lainnya.
Selanjutnya, Dang Hyang Nirartha meninggalkan Tanah Lot. Tetapi, sebelum meninggalkan tempat itu, beliau sempat memberi keris sakti yang dapat menyembuhkan penyakit yang menyerang tanaman. Keris tersebut lalu disimpan di Puri Kediri serta dibuatkan upacara keagamaan di Pura Tanah Lot setiap 6 bulan sekali, karena rutin melakukan upacara ini, kehidupan penduduk di daerah Tanah Lot pun menjadi meningkat tajam dengan hasil panen pertanian yang melimpah dan mereka pun hidup dengan saling menghormati.
Pura Tanah Lot sampai sekarang sering terganggu oleh abrasi, dan pengikisan akibat ombak serta angin. Karena kejadian tersebut, pemerintah di Bali pun melakukan pemasangan tetrapod sebagai pemecah gelombang dan memperkuat tebing di sekitaran pura berupa karang buatan. Pada tahun 1987 dilakukan pemasangan pemecah gelombang (tetrapod) seberat 2 ton yang diletakkan didepan Pura Tanah Lot. Namun, peletakan tetrapod mengganggu keindahan dan keasrian alam sekitarnya lalu diadakan studi kelayakan yang melibatkan tokoh agama serta masyarakat daerah setempat. Perlindungan Pura mulai dilakukan sekitar bulan juni 2000 dan selesai pada bulan februari 2003 melalui dana bantuan pinjaman Japan Bank Internasional Cooperation (JBIC) sebesar 95 miliar rupiah. Keseluruhan pekerjaan yang meliputi bangunan wantilan, candi, area parkir, paebatan, seta penataan jalan dan taman.
Inginkah anda berkunjung ke Tanah Lot? anda bisa melihat lokasi dan mencari tempat tersebut dengan melihat Petunjuk arah menuju Pura Tanah Lot. Sekian dulu artikel mengenai Pura Tanah Lot, tunggu postingan berikutnya lagi ya mengenai Bali. terimakasih telah berkunjung dan mohon maaf bila ada kesalahan yang disengaja maupun tidak.
Tanah lot? kapan ya ane bisa mampir ke ini tempat 😁 daridulu pengen bnget berkunjung ke bali tapi sampe skrng blum kesampaian juga 😂
ReplyDeletekumpulin niat dulu gan, wkwk
Delete