Hai, apa kabar? semoga dalam keadaan baik, mengenai
layang-layang yang merupakan tradisi di daerah Bali, mulai dari daya
imajinasi untuk melahirkan ide hingga timbulnya layang-layang yang sangat
kreatif dari masyarakatnya adalah suatu penghargaan yang sangat besar untuk
Bali.
Bermain layang-layang atau sering disebut dengan
melayangan bermula dari sebuah permainan masyarakat yang sangat sederhana,
Tradisi Melayangan ini telah terjadi secara turun temurun yang diwariskan oleh
masyarakat di Bali.
Saat ini melayangan masih sering dilakukan oleh masyarakat di Bali,
tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun ada yang memainkan layangan. Dibuktikan
dengan banyaknya diadakan kompetisi layangan, banyak terdapat grup layangan di
Bali, contohnya : Kiters Jagapati. Tradisi melayangan sangat erat
kaitannya dengan cerita rare angon, dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam
manivestasinya sebagai Rare angon yang merupakan Dewa layang-layang. Pada musim
layangan atau tepatnya setelah panen di sawah, Rare angon datang ke Bumi
diiringi dengan tiupan seruling bertanda untuk memanggil sang angin.
Rare Angon dapat diartikan sebagai anak gembala, setelah
musim panen para petani terutama anak gembala mempunyai waktu senggang yang
mereka gunakan untuk senang-senang. Sambil menjaga ternaknya salah satu
permainan yang sering mereka lakukan adalah bermain Layang-layang. Bagi masyarakat Bali, layang-layang mempunyai nilai ritual
yang cukup tinggi dan bukan hanya benda kosong yang tak bernilai, Penduduk Bali
meyakini bahwa Layang-layang mempunyai badan, Tulang serta Roh. Salah satu
event yang diadakan rutin setiap tahun dan sangat antusias diikiuti oleh
masyarakat Bali adalah Festival Layang-layang.
Festival layang-layang di Bali pertama kali diadakan pada
tahun 1979, yang bertempat di Subak Tanjung Bungkak Denpasar. Hampir setelah
seperempat abad, festival Layang-layang masih tetap mendapat sambutan yang luar
biasa dari masyarakat. Tradisi Layang-layang untuk masyarakat Bali sangat dikagumi
diluar Negeri, selain karena bentuknya yang khas,
layang-layangan Bali juga dikenal dengan proses ritual yang
menyertainya. Hingga saat ini, masyarakat Bali sudah mengenal dua jenis
layang-layang, diantaranya Layang-layang Tradisional dan Layang-layang Kreasi
baru.
Selain layang-layang tradisional dan kreasi, masyarakat juga
mengenal Layang-layang yang dapat di adu. Layang-layang Tradisional merupakan
layang-layang yang sudah menjadi tradisi di Bali. Untuk sebuah layang-layang
yang akan diikutkan dalam sebuah festival, Dalam proses pembuatannya biasanya
melibatkan hampia semua penduduk dalam sebuah Banjar.
Bentuk layang-layang Tradisional telah dikenal sejak jaman
dulu mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga yang paling sulit seperti
sekarang. Kerangka layang-layang terbuat dari bambu yang dihaluskan serta kain
yang digunakan sebagai penutup dati bambu tersebut dengan berwarna-warni,
secara umum warna yang sering dijumpai adalah warna Hitam, Merah dan Putih.
layang-layang Bebean, Pecukan dan janggan merupakan tiga jenis Layang-layang
Tradisiolan Bali yang sudah sangat dikenal.
Be
dalam Bahasa Bali berarti Ikan, layang-layang Be-bean berarti layangan yang
berbentuk seekor Ikan. Pada layangan, terdapat unsur Maha pada beberapa daerah
di Bali, layangan ini sering disebut "Layangan
Kepes", bahkan di Desa Mengwi layangan ini disebut layangan Potongan Badung, Di wilayah sanur memiliki
bebean khas daerah sanur yang memiliki beberapa perbedaan dari bebean daerah
lain.
2. Layangan Pecuk
Dengan
pembuatannya yang lumayan mudah, nama layangan Pecuk diambil dari bentuk layangan ini yang
mempunyai 4 sudut serta bentuknya menekuk, dalam bahasa Bali disebut Pecuk. Layangan ini
sangat lincah di udara, layangan ini juga bisa menyambar nyambar layangan lain
yang berada di dekatnya, jadi dibutuhkan keahlian khusus untuk dapat
menerbangkannya. Layangan Pecuk dapat dibandingkan dengan Ulu Chandra yaitu
Windu, ini merupakan Wijaksana simbol Hyang Widhi Wasa, dalam festival
layang-layang di nilai berdasarkan keahlian orang yang menerbangkannya serta
ketahanan layangan ini saat berada di udara.
3. Layangan Janggan
Janggan
merupakan layangan sakral yang merupakan salah satu layangan yang sangat
dipercayai sebagai naga, atau sang penjaga kestabilan dunia. Menurut mitos,
bumi ditopang oleh seekor kura-kura raksasa yang bernama Benawang Nala, serta
bumi tersebut dikelilingi oleh tubuh seekor naga yang bernama naga Basuki. Naga
itulah yang diabadikan menjadi layangan janggan, janggan akan terlihat sangat
menarik dengan hiasan ekornya yang bisa mencapai ratusan meter. Layangan
Janggan adalah layang-layang adat Bali yang sangat sakral. Sebelum dan sesudah
diterbangkan, layangan ini harus disucikan terlebih dahulu. Layangan Janggan
dapat diartikan sebagai wahana dari Ida Betara Ratu Ayu Mas Anglayang sebagai
perwujudan dari Ida Betara Siwa yang mengayomi serta memberikan kehidupan
kepada seluruh masyarakat.
Jika kalian ingin melihat langsung layangan seperti diatas tadi, kalian bisa datang dan saksikan di perlombaan layangan di Bali, contohnya di Padang Galak, Gianyar, atau Mertasari, dan di tempat lomba-lomba layang lainnya. Terimakasih telah mengunjungi artikel ini, sekurang lebihnya saya minta maaf.
Jika kalian ingin melihat langsung layangan seperti diatas tadi, kalian bisa datang dan saksikan di perlombaan layangan di Bali, contohnya di Padang Galak, Gianyar, atau Mertasari, dan di tempat lomba-lomba layang lainnya. Terimakasih telah mengunjungi artikel ini, sekurang lebihnya saya minta maaf.
wow mantap tuh !!! ngomong ngomong mertasari itu dimana ya???
ReplyDeletedaerah Sanur di Denpasar Selatan, Bali
Deletekeren om,,, layangannya bagus
ReplyDeletePerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Apakah Anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website kami http://kbagi.com/ untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)