Thursday, March 2, 2017

Apa itu Hari Kajeng Kliwon?

Pada setiap penanggal pertemuan Pancawara (Umanis, Paing, Pon, Wage, Kliwon) dengan Triwara (Pasah, Beteng, Kajeng), tepatnya pertemuan antara Kajeng dengan Kliwon para manusia yang berbuat dharma akan dinilai oleh para bhuta kala, yaitu hari Kajeng kliwon, Pernahkah anda mendengar kata kajeng kliwon? jika anda berasal dari Bali dan beragama Hindu, mungkin kalian tidak akan asing lagi dengan kata tersebut. Baca Juga Artikel mengenai Pura Kahyangan Tiga di Bali.

Bermula ketika Dewi Mayakrsna, yaitu Putri Batara Guru dengan Dewi Uma yang sangat cantik. Beliau memiliki nafsu yang tidak pernah puas demgam pelayanan sang suami, karena rasa bosan, sang suami pun dibunuhnya sampai 35 kali menikah lalu membunuh semua suaminya karena rasa bosan. Sampai suatu saat beliau bertemu dengan dua gandarwa bersaudara yaitu Bajrandhaksa dan adiknya Bajrangkara. Dewid Maya menikahi kedua lelaki tersebut dalam semalam di tengah Hutan Nandana di bawah pohon Asokamaya, mereka bercinta bergiliran, pada saat itu pula sang Batara Guru beryoga di tengah hutan ini, lalu disaksikanlah ulah anaknya seperti itu, tak layak sebagai penghuni alam kedewataan, maka dikutuklah mereka turun ke mayapada menjadi bhuta-bhuti yang menjaga alam semesta ini.
Dewi Maya Krsna menjadi Batur Kalika yang berwajah putih kekuning-kuningan, Bajradhaksa menjadi Bhuta Ijo, dan Bajrangkara menjadi Bhuta Abang. Merekalah yang disebut Dhurga Bhucari, Bhuta Bhucari, dan Kala Bhucari.



Kajeng Kliwon adalah peringatan hari turunnya para Bhuta Kala untuk mencari orang yang tidak melaksanakan dharma agama, dan pada hari itu pula para bhuta muncul untuk menilai manusia yang telah melaksanakan dharma. Dalam hari kajeng kliwon, kita sering melihat orang-orang yang beragama Hindu di Bali menghaturkan segehan panca warna yang merupakan wujud rasa bhakti dan srada terhadap Ida Sang Hyang Widhi wasa yang telah mengembalikan alam niskala dari alam bhuta menjadi dewa yang penuh sinar. Sebagian besar orang menyatakan pada saat malam kajeng kliwon sering dianggap sebagai malam sangkepnya leak yang pada umumnya sebagaimana disebutkan. Pada malam kajeng kliwon tersebut, roh-roh jahat maupun shakta aji pangleakan akan berkumpul di Pura Dalem, Pura Prajapati, atau di Kuburan untuk mengadakan puja bakti bersama untuk memuja Dewa Siwa, Dewi Durgha, dan Bhairawi. Pada saat kajeng kliwon ini, disebutkan agar melakukan upacara yadnya yang hampir sama dengan upacara Keliwon biasanya, tetapi segehan-segehan yang digunakan bertambah dengan nasi kepel panca warna, yaitu :

  1. Merah
  2. putih
  3. hitam 
  4. kuning
  5. brumbun

Dengan tetabuhannya yang berupa tuak/arak berem, dibagian atas di ambang pintu gerbang harus dihaturkan segehan yang dipersembahkan kepada Sang Tiga Bhucari, yaitu:

  • Sang Butha Bhucari
  • Sang Kala Bhucari
  • Sang Dhurga Bhucari

Dengan adanya upacara yang dilakukan pada saat kajeng kliwon ini, dengan penuh harap baik sekala maupun niskala agar dunia ini tetap menjadi seimbang.


Nah, dari cerita diatas sudah dijelaskan tentang asal muasalnya HARI RAYA KAJENG KLIWON, apakah ada yang kurang dipahami ? yuk komentar di bawah ini, jangan lupa share yaa. Matur suksma.

0 comments:

Post a Comment

PERHATIAN!!!

SYARAT KOMENTAR :
- Tidak menambahkan link di kolom komentar !.
- Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik dan sopan !.
- Berkomentarlah sesuai topik !.