Friday, March 17, 2017

BERDIRINYA PURA BESAKIH





Pura Besakih merupakan Pura terbesar yang berada di wilayah Bali, tepatnya di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Dahulu, tempat yang digunakan sebelum dibangunnya Pura Besakih hanya terdapat banyak kayu di sebuah hutan belantara. Dan sebelum adanya Selat Bali, Pulau Bali dan Pulau Jawa dulu masih menjadi satu, pulau ini bernama Pulau Dawa (panjang). Di sebuah tempat di Jawa Timur tepatnya di Gunung Rawang, ada seorang pertapa yang bernama Rsi Markandeya, beliau sering dijuluki sebagai Bhatara Giri Rawang karena ketinggian ilmu bhatin, kesucian rohani, serta kecakapan dann kebijaksanaan yang dimili oleh-Nya.

Pada mulanya, Rsi Markandeya bertapa di sebuah gunung yang bernama Gunung Demulung, lalu pindah ke Gunung Hyang. Sekian lama beliau melakukan pertapaan disana, lalu Rsi Markandeya pun mendapat titah dari Sang Hyang Widhi Wasa agar beliau dan para pengikutnya membersihkan hutan di Pulau Dawa hingga bersih, lalu tanah tersebut dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.

Kemudian beliau berangkat ke tanah Bali dengan pengikutnya yang berjumlah 800 orang lengkap dengan perlengkapan serta peralatan yang diperlukan. Sesampainya di tempat tujuan, beliau memerintahkan para pengikutnya untuk memulai membersihkan dan merambas hutan. Pada saat merambas hutan, banyak para pengikut dari Rsi Markandeya yang sakit dan meninggal dan ada juga yang mati karena dimakan binatang buas. Kemudian beliau memerintahkan pengikutnya agar kembali ke Jawa yaitu ke tempat pertapaan semula untuk memohon petunjuk kepada Sang Hyang Widhi. Entah seberapa lamanya, pada suatu hari yang baik, beliau kembali bercita-cita untuk melanjutkan perambasan hutan yang dilakukannya sebelumnya. Singkat cerita, beliau pun menemukan hari yang baik lalu datang ke tanah Bali untuk melanjutkan perambasan hutan. Kali ini, beliau mengajak pengikutnya yang berjumlah 4000 orang yang berasal dari Desa Aga yaitu Penduduk yang tinggal di lereng Gunung Rawung. Seperti sebelumnya, para pengikut membawa peralatan serta perlengkapan dan ditambah alat-alat pertanian dan bibit tanaman untuk ditanam disebuah tempat yang baru.

Setelah tiba di tempat tujuan, Rsi Markandeya segera melakukan pertapaan yoga semadi bersama para yogi lainnya, lalu melakukan upacara Dewa Yadnya dan Bhuta yadnya. Setelah yadnya tersebut selesai, para pengikut diperintahkanNya untuk melakukan perambasan hutan tersebut. Setelah melakukan kegiatan tersebut hingga bersih, lalu dilakukanlah pembagian tanah oleh Rsi Markandeya untuk para pengikutnya masing-masing untuk dijadikan sawah, tegal, dan perumahan.



Dengan demikian, pengikut Rsi Markandeya yang berasal dari Desa Aga itu menetap di tempat tersebut sampai sekarang. Tempat dimulainya perambasan hutan itu ditanam kendi berisi air serta 5 jenis logam, diantaranya; emas, tembaga, perak, perunggu, dan besi yang dapat disebut panca datu dan permata mirahadi. Disertai dengan upakara dan percikan tirta pengentas. Tempat menanam 5 jenis logam tersebut diberi nama Basuki yang berarti selamat. Ditempat tersebut pula didirikan pelinggih. Seiring berjalannya waktu, di Pelinggih tersebut pun didirikan pura yang diberi nama PURA BASUKIAN. Pura inilah cikal-bakal berdirinya Pura Besakih dan pura-pura lainnya. Pembangunan pura di Pura Besakih dilakukan dengan bertahap dan berkelanjutan dan dengan disertai oleh perbaikan yang dilakukan secara terus menerut dan dari masa ke masa.

Saat ini, Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat yaitu Pura Penataran Agung Besakih serta 18 Pura pendamping. Salah satunya ialah Pura Basukian, pura yang satu ini adalah tempat pertama kalinya diterima wahyu Tuhan oleh Rsi Markandeya. Diantara banyak pura yang terdapat di Pura Besakih, Pura Penataran Agung lah Pura dengan wilayah terluas serta pelinggih yang banyak, selain pelinggih yang banyak, upakara yang digunakan pun banyak pula. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 Candi utama yang dipercayai sebagai simbol stana dari Tuhan yaitu Tri Murti, Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, serta Dewa Siwa senagai Pelebur. Keberadaan bangunan Pura Besakih tidah hanya sekedar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan, namun, menurut kepercayaan umat Hindu Dharma, yang terbesar di Pulau Bali, namun di dalamnya terdapat keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung, sering disebut gunung tertinggi di Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk Bali dan sekitarnya. Sehingga tepat di lereng barat daya Gunung Agung dibuatkan bangunan untuk umat manusia yang bermakna filosofis.

Selain tempat melakukan yadnya, Pura Besakih pun dijadikan tempat wisata untuk wisatawan asing, dan bila ingin memasuki wilayah pura haruslah mengenakan Kamben dan pakaian adat Hindu yang sopan dan menutupi aura. Sekian artikel mengenai BERDIRINYA PURA BESAKIH. terimakasih telah berkunjung, dan mohon maaf bila ada kesalahan karena saya adalah manusia, dan manusia pasti tak luput dari kesalahan.

Sumber : Input Bali
                

2 comments:

PERHATIAN!!!

SYARAT KOMENTAR :
- Tidak menambahkan link di kolom komentar !.
- Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik dan sopan !.
- Berkomentarlah sesuai topik !.