Monday, March 6, 2017

Upacara yang wajib dilaksanakan di Bali



Pernahkah anda berkunjung ke Bali? taukah anda, di Bali terdapat banyak tempat wisata, entah wisata alam, atau wisata kuliner, contohnya seperti wisata air terjun di bali, tempat wisata di Bali, serta wisata kuliner di Bali. Selain keindahan alam dan enaknya masakan kuliner khas di Bali, taukah anda apa saja kebudayaan yang menjadi ciri khas budaya Bali? yuk simak dibawah ini.



Pakaian Adat Bali

Bali memiliki berbagai macam pakaian adat, untuk perempuan yang berumur belasan tahun yang masih remaja, umumnya menggunakan Sanggul Gonjer, sedangkan untuk wanita dewasa menggunakan Sanggul Tagel, serta menggunakan kemben songket, dengan menggunakan sabuk prada untuk mengikat pinggul dan dada, dilengkapi dengan kain wastra, selendang songket dari bahu ke pinggang, kain tapih, serta beberapa perhiasan.
Pria menggunakan Udeng (pada kepala), menggunakan selendang, kain (kampuh), kain wastra, keris, kemeja, serta beberapa ornament yang digunakan untuk membuat penampilan pria lebih menarik.

Rumah Adat Bali

Memiliki rumah di Bali, atau akan membangun rumah adat harus sesuai dengan aturan yang terdapat pada Kitab Suci Weda yang mengatur tenntang tata letak sebuah bangunan. Rumah adat Bali harus dibangun dengan memenuhi aspek pawongan (penghuni rumah), palemahan (lingkungan), serta parahyangan. Pada umumnya, rumah adat Bali dipenuhi dengan pernak-pernik hiasan yang berupa ukiran yang berwarna-warni, serta patung-patung sebagai simbol ritual. Bangunan rumah Adat Bali dibuat terpisah menjadi beberapa bangunan kecil yang disatukan oleh pagar yang mengelilinginya. Tetapi, seiring perkembangan jaman seperti sekarang ini banyak terdapat perubahan pada bangunan, dimana bangunannya tidak jarang yang tidak dipisahkan lagi.


Upacara Adat di Bali

Mulai dari didalam kandungan sampai meninggal. Karena dari lahir masyarakat Bali khususnya Hindu sudah mempunyai hutang yang disebut Tri Rna. Apa sajakah upacaranya? yuk simak selengkapnya dibawah ini.


1. Magedong-gedongan
Dilaksanakab pada saat bayi masih didalam kandungan yang telah berumur 7 bulan. Upacara ini tidak harus tepat pada 7 Bulan (210 hari) tetappi disesuakin dengan hari baik. Upacara ini dapat dilakukan dirumah, dipekarangan, serta dipimpin oleh Pandita, atau Pinandita.

2. Upacara Kelahiran 
 
Upacara ini dinyatakan sebagai ungkapan kebahagiaan atas kehadiran bayi tersebut ke dunia, upacara ini dilakukan pada waktu bayi baru lahir.
Upacara ini dapat dilakukan di dalam atau di depan pintu rumah yang dipimpin oleh salah satu keluarganya yang tertua, demikian juga untuk mendem ari-arinya. Jika tidak ada keluarga tertua, dapat dilakukan oleh ayah dari bayi tersebut.

3. Upacara Kepus Puser
 
Upacara Kepus puser adalah upacara yang dilakukan pada saat puser bayi lepas. Pada umumnya saat bayi berumur tiga hari, tepat pada hari tersebut dilaksanakan didalam rumah terutama disekitar tempat tidur bayi tersebut. Upacara ini dapat dilakukan oleh keluarga yang tertua atau orang tua si bayi.

4. Bayi berumur 12 hari

Setelah bayi berumur 12 hari, harus dibuatkan upacara yang sering disebut dengan Upacara Ngelepas Hawon. Setelah upacara ini barulah sang anak diberi nama, dan demikian sang catur sanak yaitu keempat saudara kita setelah melukat yang berganti nama. Upacara ini dilakukan pada bayi tepat pada umur 12 hari, dapat dilakukan di dalam rumah yaitu di sumur (pemandian), sanggah kemulan, atau di dapur. Upacara ini dapat dilakukan oleh keluarga yang paling tua.

5. Upacara kambuhan (umur 42 hari)

Setelah bayi berusia 42 hari, barulah upacara ini dilakukan. bertujuan untuk membersihkan lahir maupun batin si bayi serta ibunya, selain itu, berguna juga untuk membebaskan si bayi dari pengaruh negative. Dapat dilakukan di dalam lingkungan rumah, dipimpin oleh seorang Pandita, atau Pinandita.

6. Upacara nelu bulanin (Niskramana Samskara)

Upacara ini dilakukan pada saat bayi berusia 105 hari, atau tiga bulan dalam hitungan pawukon. Tempat rangkaian upacara bayi yang berumur tiga bulan ini dilaksanakan di lingkungan rumah. Upacara ini dipimpin oleh Pinandita atau Pandita. 

7. Upacara satu oton
 
Upacara ini dilakukan setelah bayi berumur 210 hari tepatnya pada enam bulan pawukon. Upacara ini bertujuan untuk menebus kesalahan yang terdahulu, sehingga dalam kehidupan yang sekarang dapat mencapai kehidupan yang lebih sempurna.

8. Upacara tumbuh gigi
 
Upacara yang dilakukan pada saat anak tumbuh gigi yang pertama. Upacara yang bertujuan untuk memohon agar gigi tumbuh dengan baik. Sarananya berupa Petinjo kukus dan telor atau petino kukus dan ayam atau itik yang dilengkapi degan tataban. Dilakukan pada saat bayi tumbuh gigi yang pertama, upacara ini dilakukan di lingkungan rumah pada waktu matahari terbit. 

9. Upacara tanggalnya gigi pertama
Dengan tujuan untuk mempersiapkan si anak untuk mempelajari ilmu pengetahuan, upacar ini pun dapat dibuat dengan sarana: banten byakala dengan sesayut tatebasan, serta dilengkapi dengan Canang sari. Upacara ini dilaukan pada waktu si anak untuk pertama kalinya mengalami ketus gigi. Tempat rangkaian upacara ini  dilaksanakan di rumah, yang dipimpin oleh keluarga tertua.

10. Upacara menek deha
 
Upacara ini dilaksanakan saat anak menginjak dewasa. Upacara ini dilakukan untuk memohon kehadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang terbaik dan tidak menyesatkan untuk si anak.




11.Upacara potong gigi (mepandes / metatah)

Upacara Mepandes (potong gigi) bertujuan untuk mengurangi pengaruh Sad Ripu pada diri si anak. Upacara ini dilaksanakan setelah anak menginjak dewasa, namun sebaiknya sebelum anak itu menikah. Namun, daat juga dilaksanakan setelah berumah tangga, upacara potong gigi dilaksanakan di rumah dan di pemerajan. Pemimipin Upacara potong gigi ini dilaksanakan oleh Pandita/Pinandita dan dibantu oleh seorang sangging.

12. Upacara Perkawinan (Pawiwahan / Wiwaha)
Hakekatnya adalah upacara persaksian ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa.Waktu Biasanya dipilih hari yang baik, sesuai dengan persyaratannya. Tempat Dapat dilakukan di rumah mempelai laki-laki atau wanita sesuai dengan hukum adat istiadat setempat atau dapat disebut desa, kala, patra. Pelaksana Dipimpin oleh seorang Pendeta / Pinandita / Pemangku.

13. Upacara Ngaben



Upacara ini dilakukan pada saat seseorang telah meninggal dunia. Dikenal dengan sebutan "NGABEN", upacara ini adalah upacara pembakaran yang dilakukan kepada orang yang meninggal tersebut, yang bertujuan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya. Karena manusia memiliki bayu, sabda, serta idep, dan setelah meninggal elemen-elemen tersebut dikembalikan ke Dewa Trimurti yaitu Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa, yang merupakan Dewa yang dipercayai oleh masyarakat Bali terutama umat Hindu.

0 comments:

Post a Comment

PERHATIAN!!!

SYARAT KOMENTAR :
- Tidak menambahkan link di kolom komentar !.
- Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik dan sopan !.
- Berkomentarlah sesuai topik !.